BBPSIK – Kamis (17/11/22) bertempat di ruang rapat Cendana BBPSIK, Tim dari Direktorat KKSDA Kementerian PPN/Bappenas berkesempatan mengunjungi BBPSIK dalam rangka diskusi mengenai bioekonomi. ”Kami kesini karena tertarik untuk mendapatkan informasi terkait kemajuan dan potensi riset dan pengembangan standar instrumen kehutanan yang mendukung pengembangan bioekonomi.” ungkap Ibu Nur Hygiawati Rahayu, Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air.
Ibu Nur Hygiawati Rahayu atau biasa disapa Bu Yuke menambahkan bahwa selama ini Bappenas selalu membuat kajian untuk betul-betul melihat bagaimana potensi bioekonomi ini dapat memberikan nilai besar untuk pembangunan. Kami melihat nyamplung ini potensial karena selain tajuk tegakannya bagus-bagus, nyamplung juga dapat digunakan sebagai tanaman RHL, serta dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah energi melalui bioenergi dan biodiesel.
”Kami inginnya tidak hanya wacana, toh penelitiannya sudah ada, standarnya ada, kita tinggal menggaet swasta/BUMN, walaupun hal tersebut juga tidak mudah,” lanjut Bu Yuke.
Bu Yuke, dalam diskusi singkatnya bersama dengan Eritrina Windyarini salah satu PEH BBPSIK yang bertanggung jawab di laboratorium Pengujian HHBK Penghasil Minyak juga menyampaikan bahwa nyamplung ini tidak hanya untuk bioenergi namun bisa masuk pada biofarmaka karena banyak bahan baku dari kita yang masih dirasa kurang memenuhi kebutuhan. Selain itu, kita juga butuh menggali apakah ini dapat digunakan untuk jangka panjang dan apakah tepat dilakukan karena fokus kita dari hulu ke hilir.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Bu Yuke, Eritrina menjelaskan bahwa kegiatan hulu di BBPSIK ini sudah dimulai dengan riset pemuliaan dari tahun 2009-2020. Variasi rendemen tertinggi dari Dompu 58%, sedangkan yang di Pulau Jawa yaitu di Gunung Kidul 50%, Hasil seleksi di Gunung Kidul ini untuk membangun Tegakan Benih Provenan di Wonogiri dengan hasil rendemen minyaknya meningkat hingga 64%, sehingga benih dari TBP ini yang ditanam di lahan terdegradasi (eks kebakaran di Kalimantan Timur dan gambut di Kalimantan Tengah).
”Untuk processing hilirnya digunakan sebagai tools untuk melakukan seleksi dan biofarmaka yang sudah dilakukan dengan metode hot press untuk energy dan cold press untuk virgin oil dan crude oil,” tambah Eritrina.
Kepala BBPSIK, Bapak Dwi Prabowo YS, juga berkesempatan menyambut rombongan Bappenas.
”Saya sangat senang, bahwa tim Bappenas dapat melihat salah satu potensi yang kita miliki,” ujarnya.
Diakhir sesi, Pak Bowo menyampaikan harapannya semoga dengan kegiatan diskusi ini nantinya mampu menciptakan keseimbangan ekologi dan ekonomi.(**UMP)